Seorang Projector

     Baru-baru ini aku sedang mempelajari tentang Human Design, menurut pengertiannya Human Design adalah perpaduan Science yakni Neutrinos dan Genetik dengan 4 pengetahuan kuno : Astrology, I Ching ( 64 kodon DNA ), Chakra dan Kabbalah, atau istilah gampangnya Blue Print kita sebagai manusia. Aku baru tau ternyata semesta menciptakan manusia sebegitu hebatnya, saat kita lahir di bumi, ada satu momen penting yang tertangkap, seperti bagaimana poros planet saat itu, udara, pergerakan matahari, waktu, dan lain sebagainya. Tentunya setiap manusia punya "momen kelahiran" yang berbeda beda dan respon semesta yang berbeda pula. Human Design yang ku pelajari ini mengajarkan bahwa kita sebagai manusia sebenarnya sudah di berikan blue print untuk berperan sebagai apa di dunia ini.

    Ada 5 tipe desain manusia di dunia ini, yaitu: Generator, Manifestor, Projector, Manifesting Generator dan Reflector. Aku nggak akan menjelaskan satu persatu dari semua tipe tersebut. Aku cuma mau berbagi pengalamanku setelah memahami diriku dan menyesuaikannya dengan Human Design. Aku lahir di jam 03:30, dan setelah aku check aku mendapatkan peran Projector.

    Sebagai seorang projector, aku punya beberapa catatan strategi dalam kehidupan, salah satunya adalah menunggu undangan. Aku harus menunggu ada seseorang yang mengakuiku, aku tidak boleh memberikan kebijaksanaan pada orang yang tak menginginkan saranku, aku juga punya energi yang sedikit karena aku di desain sebagai seorang penasehat bukan pelaku seperti generator. Kalau di lihat kebelakang sih, benar juga, aku pernah bikin usaha jualan atau apapun itu yang mana aku ber inisiatif sendiri, dan itu rasanya aku cuma dapat frustasinya aja, karena aku nggak bisa menekuni itu, energiku rasanya habis dan nggak sanggup untuk melanjutkan. Seorang projector punya not self juga, yang mana mereka akan burnout, menerima kepahitan, dan frustasi apabila menjalankan sesuatu yang bukan perannya.

    Aku bakal cerita sedikit tentang pengalamanku menerima kepahitan. Waktu itu aku menawarkan diri untuk melakukan sesuatu (tidak diundang). Aku pikir ini langkah yang baik juga untuk diriku, tapi ternyata yang aku dapatkan adalah kepahitan, tawaranku berbuah sangat pahit dan aku merasa frustasi dan tidak di akui, aku nggak bisa cerita detailnya, yang jelas aku sering sekali menerima kepahitan ketika aku berinisiatif melakukan sesuatu terlebih dulu. Karena seorang projector itu harus menunggu undangan, dan menunggu seseorang meminta untuk menasehatinya. Seorang projector juga bisa memahami orang lain dengan sangat baik, bahkan lebih dari diri mereka memahami diri mereka sendiri. Aku bikin beberapa note tentang menjadi seorang projector:
1. Bekerja hanya 2-3 jam per hari
2. Menunggu undangan/ tawaran / peluang
3. Lebih tau self worth (karna aku bisa membaca energi orang lain, aku bisa melihat orang lain secara mendalam.)
4. Jangan memberikan saran, sampai orang tersebut memintanya.
5. Aku adalah seorang yang bijaksana, berwawasan luas, intuitif dan efisien.
6. Aku terlahir sebagai panduan untuk orang lain, bukan pelaku.

    Singkatnya, aku senang menjadi seorang projector. Aku menikmati menjadi diriku sendiri, dan segala yang sudah di tetapkan atas diriku. Dengan ilmu baru yang ku pelajari ini, aku jadi bisa lebih memahami diriku lebih dalam lagi, juga bisa menjalani peran sesuai dengan apa yang sudah di tetapkan alam semesta kepadaku. Aku senang bisa tau apa strategi dalam hidupku dan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya kulakukan. Semua pengetahuan ini, akan membuatku menjadi manusia yang berperan sesuai yang alam semesta berikan kepadaku. I'm totally happy being a projector :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Budaya

Pertemuan Singkat

Jeda