Hati Yang Berkembang

     Manusia yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami beberapa masalah di hidupnya. Entah itu masalah yang melibatkan sebagian besar pikirannya atau masalah yang melibatkan sebagian besar hatinya. Dari kasus tersebut bisa jadi manusia sebenarnya banyak menanggung rasa sakit dan penderitaan, akibat dari terlalu banyak kejadian yang menimpa mereka. Semakin lama dan panjang umur, luka pada diri manusia akan semakin bertambah. Bisa saja sembuh, namun pasti tidak sepenuhnya. Selalu ada bekas di setiap luka yang ditinggalkan.

    Luka dan penderitaan itu kadang bisa menjadi pelajaran berharga yang bisa manusia ambil dari perjalanan hidupnya. Seperti batu yang belum terbentuk, masih berwujud bangunan kotak seperti beton yang tercetak sama, ia perlu di pahat, ia perlu seorang pemahat yang mengikis nya sedikit-demi sedikit supaya ia bisa terbentuk. Begitupun manusia, ia harus terkikis sedikit demi sedikit, terluka untuk belajar, menderita untuk tau apa yang salah dan benar. Sakit untuk bisa bangkit lagi, dan gagal agar ia tau apa yang harus ia lakukan untuk menghindarinya.

    Semesta membuat semuanya seimbang, semua masalah yang menimpa manusia di bumi ini bisa jadi itu adalah pahatan kecil yang Tuhan berikan agar kita menjadi manusia yang seutuhnya manusia. Pahatan yang membuat hati kita yang kecil menjadi besar. Pahatan yang memberi begitu banyak pelajaran untuk tetap kuat dan bertahan. 

    Luka yang kita rasakan saat ini, aku harap ada hikmah dibaliknya. Aku harap luka itu bisa memahat kita sebagai manusia yang berhati besar. Manusia yang semakin kuat karena penderitaan yang ia tanggung. Manusia yang semakin kuat karena tetap tersenyum saat ditinggalkan orang terkasihnya. Manusia yang enggan untuk menyerah dan selalu berfikir bahwa aku akan bertahan satu hari lagi. Ia melakuannya hari-demi-hari dan akhirnya ia bertahan hingga akhir.

    Siapapun yang merasa hidupnya terlalu banyak menderita, terlalu banyak derita dan kesengsaraan, terlalu lemah untuk berlari mengejar sesuatu hal. Ingatlah satu pepatah, matahari dan bulan tidak pernah terburu buru, mereka akan datang disaat yang tepat, tidak terlalu cepat, tidak pula terlalu lambat (matahari dari arah timur melambat ke arah barat- lalu digantikan dengan bulan) semua berjalan pelan-pelan, sesuai pada timingnya. Semua berjalan selaras dengan alam, matahari tidak pernah mendahului bulan, dan bulan pun tidak pernah mendahului matahari. Mereka seimbang, selaras dan tidak terburu-buru. Mereka selalu sampai di waktu yang tepat. Mereka pas. Jadilah seperti mereka.

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Budaya

Pertemuan Singkat

Jeda