Bersemayam

    Memasuki usia dewasa, banyak konflik yang datang. Banyak perasaan dan emosi baru yang harus mulai ku kenali, yang apabila dijelaskan itu terasa seperti emosi yang aneh, emosi yang bahkan saya sendiri bingung harus menyebutnya apa.

    Konflik perhelatan antara pikiran dan batin, konflik yang terus bermunculan bersama kecemasan. Setiap hari, aku selalu berusaha sangat keras untuk menjadi dekat dan memahami diriku sendiri. Seperti artikel yang aku baca, bahwa katanya harus menciptakan batas untuk diri sendiri, harus "be happy and stay private", banyak harus dan beberapa diantaranya sudah kucoba. Namun, aku tidak juga merasa memahami diriku. Aku tidak juga tahu apa yang aku mau. 

    Mungkin, ada beberapa konflik yang tidak bisa aku terima, adalah ketika aku berusaha menjadi orang yang baik untuk semua orang dan berharap orang juga akan baik kepadaku. Dan sebenarnya aku tahu itu hal yang berada diluar kendaliku, tapi kenyataannya aku memang berharap seperti itu. Dan harapan itu  hanya kepada adikku karena hanya dia yang bisa memahami ku di dunia ini. Namun, ternyata ketika adik ku tidak seperti yang ku kira, aku merasa marah. Aku merasa menyesal kenapa dia bersikap seperti itu padaku, aku sayang padanya lebih dari aku menyayangi diriku, dan jika bisa dibilang aku rela memberikan apapun untuk kebaikannya.

    Beberapa buku dan artikel yang ku baca, mencintai diri sendiri adalah utama. Dan memang seharusnya begitu, tapi bagaimana jika aku sudah berusaha mencintai diriku namun aku tetap tidak menemukan dan merasakan rasa cinta itu? Aku bermeditasi, aku berolahraga, aku bangun pagi, aku menulis jurnal. Semua sudah kulakukan, tapi aku tidak bisa merasakan rasa cintaku sendiri. Aku seperti kotak kosong yang terkunci rapat. Di dalamnya begitu banyak udara yang tidak bisa keluar, kotak kosong itu ditendang dan ia tetap bertahan sebagai kotak kosong yang menyimpan banyak udara di dalamnya.

    Konflik batin yang bersemayam dalam diriku yang kurasa paling besar adalah karena aku jatuh cinta kepada seseorang, entah kenapa dia selalu ada dipikiranku. Dia selalu hadir setiap waktu, bahkan aku juga sering memimpikannya. Aku berteman baik dengan dia, bahkan sangat baik. Namun, aku selalu mencemaskan kedekatan itu. Aku selalu berfikir bahwa orang seperti dia apa mungkin akan memilihku menjadi tujuan akhirnya. Perasaan itu selalu muncul dan membuatku membatasi hal hal yang biasa kulakukan, bahkan untuk membuat video story saja aku merasa sangat cemas dan takut tentang apa yang dia akan pikirkan. Aku menjadi sangat idealis dan berusaha menjadi sempurna agar aku bisa menyetarakan diriku dengan dia yang sempurna juga.. Aku merasa bukan aku, aku dulu tidak begini. Aku butuh seseorang menolongku..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Budaya

Pertemuan Singkat

Jeda