Waktu Demi Waktu
Kalau ngomongin soal waktu ada banyak hal yang bisa dibahas dan diomongin. Perihal investasi, masa depan, menunggu, dan hal lainnya. Kalau dilihat dari definisinya sih, waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Hmm, ya, kurang lebih seperti itu. Tapi, bagi saya waktu adalah hal yang paling berharga di dunia ini. Orang bisa menua karena waktu, orang bisa punah karena waktu juga, sesuatu hal yang semula ada, bisa tiba-tiba enggak ada karna waktu juga.
Proses manusia memang begitu, semuanya bergantung pada waktu. Penyesalan itu sebenarnya cuma ilusi fana yang bisa membuang waktu, hal yang sudah berlalu, hal yang sudah terjadi, hal yang sudah dilakukan, keputusan, perbuatan spontan. Semua dalam satu kejadian waktu, tidak bisa di ulang tidak bisa di hapus. Setiap apa yang kita katakan, lakukan, dan lihat adalah masa dimana saat itu tiba. Masa 1 detik kemudian adalah masa yang akan jadi masa depan, dan 1 detik sebelumnya adalah masa lalu.
Saya jadi mempelajari satu hal, apa yang menjadi keputusan saya bisa sangat berarti, apa yang jadi pilihan saya akan jadi sangat penting untuk diri saya. Saya sadar kalau segala sesuatu sukar di perbaiki. Segala yang salah, rusak dan retak tidak akan pernah bisa kembali utuh, segala yang tua tidak akan pernah jadi muda. Semua hal di dunia terus berjalan. Saya merasa akhir-akhir ini mengapa dunia sangat cepat sekali, atau mungkin karna kegiatan berulang yang membuat semua terasa lebih cepat? Sangat mustahil untuk mengembalikan waktu. Ingin rasanya saya punya kendali atas waktu, saya bisa mengatur kapan saya harus menghapus momen A dan kapan saya bisa melihat momen B. Dengan begitu, saya tidak akan pernah menyesal, namun itu hanya imajinasi saya yang tidak akan pernah terwujud.
Saat saya berjalan maju kedepan, saya melihat langkah kaki saya menyandung batu-batu kecil di jalan. Batu itu berpindah tempat karena gesekan kaki saya, walaupun saya berjalan mundur kembali, batu itu akan tetap ada disana, tempat dimana saya melangkah maju dan menyenggolnya. Alam memang begitu, alam saja tidak mendukung kita untuk berjalan mundur. Alam akan terus bergerak maju walaupun kita berjalan mundur, sesuatu yang sudah terjadi, ya akan terjadi. Jadi, saya mendapatkan satu pelajaran baik dari pengamatan saya ini. Kita sebagai manusia harus sepenuhnya sadar bahwa kita hidup disini, disaat ini, di waktu ini. Semua yang kita lakukan harus dalam keadaan sadar. Saat kita memutuskan sesuatu dengan tidak sadar, maka semua akan berbuah penyesalan. Manusia harus berjalan selaras dengan alam, berbuat netral, tidak berlebihan, tidak kekurangan, melangkah sedikit, berjalan sedikit, supaya waktu yang kita punya tidak terbuang sia-sia.
Hari demi hari, detak jantung kita terus berdetak. Detakannya itu, jika kita sadari, bisa saja berhenti kapan saja, karena menurut hukum alam, semua manusia akan mati, hanya tinggal menunggu "waktunya" saja. Bagi saya, sisa waktu yang saya punya akan saya gunakan untuk memutuskan hal hal baik yang bisa saya lakukan, berbuat baik, berucap baik, dan sebisa mungkin saya akan membuat diri saya merasa senang menjalani hidup yang menjadi pilihan saya ini. Saya merasa, untuk menjadi manusia melankolis sangatlah membuang waktu, bersedih karena masa lalu hanya akan membuat masa sekarang tidak berarti. Tubuh bisa terpental jauh dengan realitas waktu yang tidak menentu. Tubuh bisa tertinggal jauh dengan realitas masa kini. Keputusan yang sudah diambil, itulah yang harus kamu selesaikan dan ambil resikonya.
Tidak apa-apa, untuk memberi jeda pada diri, membiarkan waktu berlalu dan melihat sekeliling. Sadari bahwa kamu hidup sepenuhnya, sadari bahwa kamu sedang berada di bumi. Bumi yang bisa saja berbuat jahat padamu, bumi yang punya banyak penghuni yang punya sifat dan sikap yang berbeda-beda. Kita jalani pelan-pelan. Waktu demi waktu...
Komentar
Posting Komentar