Merelakan

    Sebagai manusia, kita nggak akan jauh dari kata merelakan. Bahkan, bisa dibilang kita akrab dan sering mendengar, bahkan mengalami sendiri. Ya begitulah, jadi manusia emang sejatinya enggak pernah bisa memiliki apapun, tidak punya hak kepemilikan terhadap apapun, dan sesungguhnya diri sendiri pun bukan milik kita. Emang susah jadi manusia, saat udah terlalu melekat terhadap sesuatu akan sangat sulit melepaskannya. Selalu bergantung dengan orang atau benda lain sebagai pedoman atau dasar kebahagiaannya.

    Sayang sekali bila kita terus menggantungkan kebahagiaan terhadap sesuatu yang suatu saat nanti akan hilang atau meninggalkan kita. Sungguh di sayangkan kebahagiaan kita bila disandarkan pada hal yang sebenarnya tidak pernah benar-benar bisa kita miliki.

    Pada suatu waktu, memang rasanya tidak adil bila seseorang yang kita sayangi tiba tiba meninggalkan kita, atau mungkin dengan alasan yang lain. Ya, lagi-lagi kita harus merelakan. Rasanya memang sesak dan sakit tapi itulah sejatinya manusia yang sebenarnya nggak pernah memiliki apapun di dunia ini. Baiknya belajar mengikhlaskan apa yang nggak pernah benar-benar kita miliki. Jangan terlalu melekat pada sesuatu hal, jangan terlalu menaruh harapan dan kepercayaan berlebih terhadap seseorang.

    Di Dunia ini kita emang selalu akan kehilangan seseorang, entah itu teman, sahabat, keluarga, kekasih ataupun hewan peliharaan kita. Memang rasanya berat, tapi hal yang nyata adanya adalah kematian dan perubahan. Belajar merelakan sedari sekarang itu mungkin menjadi ide yang bagus. Supaya kita bisa memberi jarak terhadap ekspektasi kita terhadap orang lain, terhadap apa yang orang akan lakukan kepada kita.

    Manusia punya sifat mudah sekali berubah, ia bisa berubah sepersekian detik dari keputusannya, bahkan apa yang sudah kita susun rapi di kepala suatu saat bisa berubah. Hidup memang begini ya, penuh dengan hal hal yang tidak pasti. Saya sudah 23 tahun hidup di dunia dan belum mengerti juga bagaimana pola bekerjanya, bagaimana manusia bisa menemukan titik bahagianya tanpa harus menggantungkan diri pada orang lain. 

    Hidup memang selalu berdampingan, wanita dan pria, tua dan muda, hitam dan putih, yin dan yang. kita semua seimbang termasuk halnya meninggalkan dan ditinggalkan. Saya percaya kita semua pernah "meninggalkan" seseorang yang tanpa kita sadar sudah menyakiti hatinya. Tapi kembali lagi, kendali sikap ada di tangan masing masing, ada pada diri masing-masing. 

    Its okay, nggak apa-apa berjalan sendirian, nggak apa-apa untuk tidak punya siapa siapa, enggak apa-apa untuk memelihara hening di kepala. Ketenangan dan kebahagiaan jiwa kita adalah kewajiban kita sendiri. Buat dirimu nyaman dengan dirimu sendiri, ciptakan kegiatan yang bisa membuatmu senang dan bahagia. Ingat, kita lahir di dunia saja sudah sendirian dan nanti jika sudah meninggal akan sendirian juga. Jadi, apa yang perlu kita khawatirkan?

    Word afirmation for you : Merelakan, adalah hal yang wajar. Hal yang lumrah, dan biasa terjadi. Merelakan adalah hal yang netral dan sama sekali tidak bisa menyakitimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Budaya

Pertemuan Singkat

Jeda