Prahara, Rumah Yang Ambruk

Pagi ini. Seperti pagi biasanya, matahari muncul lagi. kegelisahan setiap bangun dari tidur datang lagi. hal hal aneh yang saya rasakan datang kembali. sebuah keputusasaan. 

Untuk menjadi orang yang kuat ternyata bukan hal yang mudah, apalagi ketika masalah terus berdatangan, berdatangan tanpa jeda. mencoba mempelajari apa yang sebenarnya akan Tuhan sampaikan kepada saya? dorongan untuk sedih semakin besar karena tidak ada dukungan intern maupun ekstern. Saya merasa benar-benar sendiri, sedih, dan ingin menyerah. terkadang saya berfikir positif terhadap masalah yang menimpa saya, tetapi saat kenyataan nya tidak seperti apa yang saya pikirkan saya akan kecewa dan putus asa. saya sadar pikiran positif ternyata menyesatkan. saya akan berhenti berfikiran positif dan akan merubah pikiran itu menjadi "saya hari ini akan siap menghadapi orang jahat, saya akan bertemu dengan orang yang membully saya. karena mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. saya lebih baik dari mereka, jadi maklumi saja" saya menyiapkan pikiran dengan prediksi-prediksi negatif . agar saat itu benar terjadi saya tidak akan kecewa melainkan "tuh, kan bener terjadi" . saya terus tegar hingga sekarang. bertahan dengan kedua kaki saya sendiri, dan menahan rasa takut yang sangat besar dikepala saya.

Rumah bukan tempat pulang untuk saya, saya tidak merasa aman disini. bahkan saya tidak tau kemana harus pulang? jiwa saya berkeliaran diluar menjadi gelandangan pencari rumah. Bagi saya tidak ada tempat yang aman untuk bersembunyi, kemana saya harus lari dari prahara rumah yang ambruk ini? Terkadang saya berfikir, ah ini kan memang sudah biasa terjadi. Saat saya berusaha menjadi manusia yang rasional dan kemudian sedikit saya sadari, ternyata memang benar. Ini hanya sebuah masalah yang netral dan dapat menimpa siapa saja. Tapi disisi saya yang lain mencari cari solusi. Tidak saya temukan disana, kegelisahan tetap saja hadir dipagi hari yang membuat keseharian saya menjadi abu-abu. entah apa yang saya rasakan, tapi ini benar benar membuat saya terpuruk.

Keterpurukan itu membuat saya selalu merasa sendiri dan hening, kepala saya tidak ada suara apapun bahkan saat ada triakan dirumah, triakan yang menusuk hati saya. hening itu saya latih, agar kepala saya tidak terasa berat, keheningan itu saya ciptakan dirumah kepala saya. Bahkan, keheningan itu saya bawa kemana mana, dikeramaian, ditengah teman-teman saya. Saya beetanya-tanya kenapa saya seperti orang linglung. serasa saya tidak siap menerima apapun di dunia ini. Saya merasa tidak siap dan terus gelisah.

Tolong saya, saya tidak bisa menyelesaikan ini sendiri. masalah ini tidak pernah berhenti bertamasya dihidup saya, saya merasa ambruk. menjadi manusia yang sangat kasihan dan lemah. kegelisahan ini sengaja saya tuangkan lewat tulisan, karena inilah yang membuat saya sedikit tenang. Kepala saya ramai saat saya menulis, membuat saya tidak kesepian lagi.

Belakangan ini, saya mengabaikan beberapa tugas untuk memahami pesan Tuhan. Apa yang akan ia sampaikan kepada saya, waktu yang saya punya saya habiskan untuk mempelajari kehidupan dan mencari kebahagiaan, saya temukan beberapa point kehidupan yang sangat membuat saya berpikir dan sedikit tenang. ada seorang penulis berkata yang katanya "Apapun yang terjadi pada kita, itu memang sudah seharusnya terjadi. Hikmah ada didepan. Sekarang hanya perlu dijalani saja, dengan santai, dengan ramah, tidak usah merasa sedih dan ambruk. kita manusia diciptakan pasti ada alasanya, dari berjuta sperma kenapa kita yang berhasil menjadi manusia? itu pasti sudah ada ceritanya sendiri. Tenang saja" -Irfan Afifi di acara Ketemu Buku, malam itu.

Saya harus selalu menjadi manusia yang melankolis seperti ini. Tapi inilah mengapa saya berani untuk menulis, sebagai jejak titah saya dikehidupan yang kejam ini. Untuk menciptakan ketenangan hidup didalam hati saya sendiri. sebagai proses mediasi agar tidak stress dan karena saya bukan orang yang bisa bercerita kepada semua orang tentang masalah yang sedang menimpa saya.

Kepada semua masalah yang hadir, tolonglah kita bekerja sama. kepada diri saya, tolonglah menjadi manusia yang rasional bahwa masalah bisa menimpa siapa saja. kepada kepala saya, tolong beropini yang baik tentang orang disekitarmu bahwa kebahagianmu tergantung dari prespektif dan opini mu terhadap dirimu sendiri. jadilah manusia yang kuat, dan jalani saja apa yang ada didepan, karena hidup hanya untuk menjalani langkah. berbagilah ketika kamu memiliki rejeki lebih untuk menciptakan ketenangan dalam hidupmu. bahagiakan beberapa anak anak dijalanan mungkin bisa membuat hidupmu lebih berarti..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Budaya

Pertemuan Singkat

Jeda