Sahabat Yang Wafat
memasuki fase Sekolah Menengah Pertama yang tidak pernah saya ketahui dan bayangkan sebelumnya
mengenal sosok manusia baru dari pergantian fase dari sekolah dasar yang saya jalani selama 6 tahun untuk selanjutnya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP. dulu waktu SD saya tipikal orang yang tidak mudah mengenal banyak orang baru, dan pendiam. saya tidak memiliki banyak teman, juga tidak banyak bergaul dengan orang orang.
sewaktu SD teman teman saya sudah punya beberapa list sekolah SMP yang akan mereka masuki, dan saya masih saja diam. saya tidak tahu apa apa dan rasanya itu bukan pembicaraan yang menarik bagi saya, tidak terasa pengumuman nilai sudah keluar dan saya mendapat nim 24,00 itu penggabungan dari 3 mata pelajaran. Bahasa Indonesia, Matematika, IPA. nilai saya cukup tinggi tetapi pengetahuan tentang SMP saya sangat kurang.
bagi saya SMP negeri dan swasta adalah sama saja. saya memilih SMP yang tidak banyak teman SD saya disana. tahun pertama di kelas VII terasa biasa saja, tapi saya sempat jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan teman sekelas, tapi saat itu saya tidak berani bercerita ke siapapun, apalagi menunjukan perasaan saya. bagi saya itu hal yang bodoh.
masuk di kelas VIII saya mengenal sosok perempuan yang anggun dan hatinya sangat baik, semula dia duduk di seberang bangku saya. senyum nya yang ramah sangat melekat di ingatan saya sampai sekarang. namanya Ika Nur Annisa, sosok wanita yang sangat patuh dengan kedua orang tuanya, dengan segala kebaikan dan kesederhanaan yang dia lakukan membuat siapapun yang mengenal dia akan menyayangi dia.
bercerita tentang dia, membuat pikiran saya kembali 5 tahun yang lalu saat saya masih bersama dia. kebiasaan dia adalah menyanyikan saya lagu, dan kebiasaan saya adalah menangis saat dia menyanyikan lagu untuk saya, dia sangat suka lagu lagu Last Child. hampir setiap hari selama saya duduk di bangku SMP dia selalu menyanyikan lagu itu. pada jam istirahat saya dan ika selalu membuat kenakalan yang nggak pernah bisa saya lupakan, kita membeli gorengan 1000 tapi selalu mengambil gorengan 4 yang mana itu harga nya seharusnya 2000. saya yang ambil dari belakang dan dia yang mengambil dari depan, suasana kantin yang ramai dan riuh membuat kenakalan kita tidak pernah ketahuan, seusai itu gelak tawa mewarnai jam istirahat kita. cerita cerita yang saya bagikan ke Ika sudah sangat banyak, tangis, tawa, cinta, kasih, cita. semua bahkan saya tumpahkan ke sosoknya. saya adalah orang yang sangat sulit mempercayai siapa saja yang saya kenal, tapi sosoknya membuat saya ingin menceritakan segala hal.
Minggu pagi, dia datang kerumah saya padahal waktu itu saya belum terbangun, biasa.. hari minggu adalah hari wajib bangun siang, tapi dia sudah datang dan membantu ibu saya di dapur. keloyalan dia membuat orang-orang mudah menyayangi dia, dia adalah sosok yang ceria dan tidak pernah sedih. sepulang dari rumah saya dia pergi kerumah temannya dan pulangnya dia kecelakaan dan mengalami patah tulang di tangan kanan nya. saya sangat bingung, kaget, dan sangat shock. kemudian saya bergegas pergi kerumahnya untuk memastikan apakah dia baik baik saja? saya memarahi dia karena tidak berhati hati. saya marah dan sedih melihat dia seperti itu. tangisan pun selalu saya tunjukan ke dia, karena setiap melihat dia air mata saya selalu saja terjatuh.
selama 4 bulan saya dan teman teman membantu menuliskan materi yang di dapat di kelas, menulis di bukunya dengan bergantian. kami bahagia melakukan hal itu, tetapi wajah senyum Ika tidak pernah berubah, dia masih saja tersenyum bahagia, hingga saya lupa kapan ia pernah bersedih, yang saya bayangkan selama ini adalah suara dan senyum indah di wajahnya. waktu demi waktu kita lewati bersama sama, dengan segala keluh kesah dan kebahagiaan kebersamaan kita, dengan segala problematika anak SMP yang kita jalani semua berlalu begitu saja. tidak terasa pengumuman kelulusan sudah di tempel di mading sekolah. kita memutuskan untuk bersekolah di sekolah yang berbeda, dia di SMF farmasi nusaputera 2 dan saya di SMK N 8. kami masih saling berhubungan baik dan tak jarang sepulang sekolah saya masih sering main kerumahnya dan begitu sebaliknya. hingga kenaikan kelas XI saya sudah jarang mendengar kabar darinya, sudah tidak se intens dulu.
Malam itu sedang hujan lebat sekali, saya mendengar kabar Ika Kecelakaan dan meninggal ketika perjalanan ke Rumah sakit, hati saya hancur dan tidak bisa di bendung lagi air mata saya, sahabat yang selama ini mengajari saya banyak hal, tentang kita harus selalu merasa bahagia dan bersyukur atas apapun yang terjadi di hidup kita. melihat pesan singkat dari adiknya hati saya hancur berkeping keping, saya tidak percaya dan berfikir tidak mungkin Ika meninggal secepat ini. "Tuhan, kenapa engkau memanggilnya tanpa mengajakku.." kataku saat itu, saya berfikir bahwa setelah itu saya tidak akan punya sahabat lagi karena cuma dia yang bisa mengerti dan memahami saya.
Melihat tubuhnya terbungkus kaus Putih di dalam Peti warna coklat membuat hati saya semakin teriris, kecantikannya masih saja melekat di wajah nya. banyak teman teman yang sedih karena kehilangannya. duka yang dalam dari keluarga sangat terlihat jelas, apalagi bapaknya yang sangat menyayangi Ika, Ia bahkan sampai pingsan melihat anaknya sudah tidak bisa melanjutkan hidupnya.
setelah kepergian Ika membuat saya sadar bahwa Tuhan bisa mengambil siapapun orang yang kita Cintai dan Sayangi tanpa menunggu kehendak siapapun, mempersiapkan diri untuk menyambut dan mengikhlaskan seseorang adalah hal wajib yang harus kita biasakan mulai saat ini.
Ika semoga kau tenang, di Surga
mengenal sosok manusia baru dari pergantian fase dari sekolah dasar yang saya jalani selama 6 tahun untuk selanjutnya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP. dulu waktu SD saya tipikal orang yang tidak mudah mengenal banyak orang baru, dan pendiam. saya tidak memiliki banyak teman, juga tidak banyak bergaul dengan orang orang.
sewaktu SD teman teman saya sudah punya beberapa list sekolah SMP yang akan mereka masuki, dan saya masih saja diam. saya tidak tahu apa apa dan rasanya itu bukan pembicaraan yang menarik bagi saya, tidak terasa pengumuman nilai sudah keluar dan saya mendapat nim 24,00 itu penggabungan dari 3 mata pelajaran. Bahasa Indonesia, Matematika, IPA. nilai saya cukup tinggi tetapi pengetahuan tentang SMP saya sangat kurang.
bagi saya SMP negeri dan swasta adalah sama saja. saya memilih SMP yang tidak banyak teman SD saya disana. tahun pertama di kelas VII terasa biasa saja, tapi saya sempat jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan teman sekelas, tapi saat itu saya tidak berani bercerita ke siapapun, apalagi menunjukan perasaan saya. bagi saya itu hal yang bodoh.
masuk di kelas VIII saya mengenal sosok perempuan yang anggun dan hatinya sangat baik, semula dia duduk di seberang bangku saya. senyum nya yang ramah sangat melekat di ingatan saya sampai sekarang. namanya Ika Nur Annisa, sosok wanita yang sangat patuh dengan kedua orang tuanya, dengan segala kebaikan dan kesederhanaan yang dia lakukan membuat siapapun yang mengenal dia akan menyayangi dia.
bercerita tentang dia, membuat pikiran saya kembali 5 tahun yang lalu saat saya masih bersama dia. kebiasaan dia adalah menyanyikan saya lagu, dan kebiasaan saya adalah menangis saat dia menyanyikan lagu untuk saya, dia sangat suka lagu lagu Last Child. hampir setiap hari selama saya duduk di bangku SMP dia selalu menyanyikan lagu itu. pada jam istirahat saya dan ika selalu membuat kenakalan yang nggak pernah bisa saya lupakan, kita membeli gorengan 1000 tapi selalu mengambil gorengan 4 yang mana itu harga nya seharusnya 2000. saya yang ambil dari belakang dan dia yang mengambil dari depan, suasana kantin yang ramai dan riuh membuat kenakalan kita tidak pernah ketahuan, seusai itu gelak tawa mewarnai jam istirahat kita. cerita cerita yang saya bagikan ke Ika sudah sangat banyak, tangis, tawa, cinta, kasih, cita. semua bahkan saya tumpahkan ke sosoknya. saya adalah orang yang sangat sulit mempercayai siapa saja yang saya kenal, tapi sosoknya membuat saya ingin menceritakan segala hal.
Minggu pagi, dia datang kerumah saya padahal waktu itu saya belum terbangun, biasa.. hari minggu adalah hari wajib bangun siang, tapi dia sudah datang dan membantu ibu saya di dapur. keloyalan dia membuat orang-orang mudah menyayangi dia, dia adalah sosok yang ceria dan tidak pernah sedih. sepulang dari rumah saya dia pergi kerumah temannya dan pulangnya dia kecelakaan dan mengalami patah tulang di tangan kanan nya. saya sangat bingung, kaget, dan sangat shock. kemudian saya bergegas pergi kerumahnya untuk memastikan apakah dia baik baik saja? saya memarahi dia karena tidak berhati hati. saya marah dan sedih melihat dia seperti itu. tangisan pun selalu saya tunjukan ke dia, karena setiap melihat dia air mata saya selalu saja terjatuh.
selama 4 bulan saya dan teman teman membantu menuliskan materi yang di dapat di kelas, menulis di bukunya dengan bergantian. kami bahagia melakukan hal itu, tetapi wajah senyum Ika tidak pernah berubah, dia masih saja tersenyum bahagia, hingga saya lupa kapan ia pernah bersedih, yang saya bayangkan selama ini adalah suara dan senyum indah di wajahnya. waktu demi waktu kita lewati bersama sama, dengan segala keluh kesah dan kebahagiaan kebersamaan kita, dengan segala problematika anak SMP yang kita jalani semua berlalu begitu saja. tidak terasa pengumuman kelulusan sudah di tempel di mading sekolah. kita memutuskan untuk bersekolah di sekolah yang berbeda, dia di SMF farmasi nusaputera 2 dan saya di SMK N 8. kami masih saling berhubungan baik dan tak jarang sepulang sekolah saya masih sering main kerumahnya dan begitu sebaliknya. hingga kenaikan kelas XI saya sudah jarang mendengar kabar darinya, sudah tidak se intens dulu.
Malam itu sedang hujan lebat sekali, saya mendengar kabar Ika Kecelakaan dan meninggal ketika perjalanan ke Rumah sakit, hati saya hancur dan tidak bisa di bendung lagi air mata saya, sahabat yang selama ini mengajari saya banyak hal, tentang kita harus selalu merasa bahagia dan bersyukur atas apapun yang terjadi di hidup kita. melihat pesan singkat dari adiknya hati saya hancur berkeping keping, saya tidak percaya dan berfikir tidak mungkin Ika meninggal secepat ini. "Tuhan, kenapa engkau memanggilnya tanpa mengajakku.." kataku saat itu, saya berfikir bahwa setelah itu saya tidak akan punya sahabat lagi karena cuma dia yang bisa mengerti dan memahami saya.
Melihat tubuhnya terbungkus kaus Putih di dalam Peti warna coklat membuat hati saya semakin teriris, kecantikannya masih saja melekat di wajah nya. banyak teman teman yang sedih karena kehilangannya. duka yang dalam dari keluarga sangat terlihat jelas, apalagi bapaknya yang sangat menyayangi Ika, Ia bahkan sampai pingsan melihat anaknya sudah tidak bisa melanjutkan hidupnya.
setelah kepergian Ika membuat saya sadar bahwa Tuhan bisa mengambil siapapun orang yang kita Cintai dan Sayangi tanpa menunggu kehendak siapapun, mempersiapkan diri untuk menyambut dan mengikhlaskan seseorang adalah hal wajib yang harus kita biasakan mulai saat ini.
Ika semoga kau tenang, di Surga
Komentar
Posting Komentar