Isi Kepala diatas Motor Supra

ambisi juga ilusi yang sering ada ketika sedang sendirian, berbicara sendiri seperti fiksi, menciptakan  ilusi dengan segala bentuk ambisi. melontarkan doa dan harapan, menangis dalam kegagalan, ketakutan dalam kesendirian, kekhawatiran akan suatu hal. riuh menjadi satu bertamasya di kepala

masih ada beberapa tugas yang belum aku kerjakan, masih ada sesuatu hal yang menunggu aku kerjakan, seperti waktu yang aku miliki tidak banyak. ambisiku kadang membuat aku sendiri kualahan, kadang aku merasa apa yang sudah aku putuskan tidak seharusnya aku ambil. karena sebenarnya itu hal yang memberatkan aku, tapi aku memilih bohong..

banyak penyesalan datang dihidupku, aku menyesal karena terlalu banyak melakukan hal yang sebenarnya tidak aku sukai, aku terlalu banyak bersedih karena mendengar perkataan orang. aku merasa tidak seharusnya hal itu harus aku fikirkan. banyak penyesalan datang karena ulahku sendiri, menjadi manusia yang diinginkan orang lain salah satunya.

melihat orang berlalu lalang membuat aku sadar, bahwa perjuangan adalah nama akhir dari manusia. manusia dilahirkan untuk menjadi pekerja, beberapa manusia dilahirkan untuk mewujudkan mimpi orang orang yang berhasil. banyak orang lain tak sadar, tapi sebenarnya untuk apa kita hidup, membuat makna untuk siapa? cerita siapa yang harus kita ikuti alurnya? apalagi orang sepertiku. orang yang hanya menjalani apa yang bisa dijalani.

sebenarnya aku tidak punya tujuan pasti, aku hanya mengerjakan apa yang sudah aku mulai, menjalani segala sesuatu dengan ke sok tau an ku, yang selalu berfikir apa yang aku lakukan adalah hal yang benar. aku merasa apa yang aku ambil adalah keputusan terbaik untuk hidupku. aku hanya punya satu kelebihan yaitu memilih untuk tidak menyerah. 

terkadang aku benar benar merasa khawatir tetang cita cita yang sudah aku putuskan, tentang memutuskan siapa yang akan aku cintai, tentang memutuskan dengan siapa aku harus bercerita, tentang bagaimana respon orang orang terhadap perbuatanku. tentang segala kesalahan yang sudah aku buat, tentang keluh kesahku terhadap Tuhan. rasa khawatir yang enggak pernah habis, aku selalu bertengkar dengan akal sehatku yang menyuruhku untuk tidak khawatir, tapi entah siapa pemenangnya pikiranku selalu kalut. rasa takut, gelisah, sedih dan penyesalan selalu menghantui pikiranku.

menarik nafas panjang adalah jalan alternatif yang sering aku ambil, aku selalu berfikir, tidak semua hal ada di kendaliku. Tuhan juga mengendalikan hidupku, segala sesuatu yang terjadi pada hidupku juga tidak sepenuhnya menjadi kesalahanku, rasa khawatir ini membuat aku tidak mempercayai Tuhan. aku tidak boleh khawatir karena segala rencana yang Tuliskan adalah sebaik baiknya rencana. aku cuma manusia melankolis yang mengharap kasih dari Nya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Budaya

Pertemuan Singkat

Jeda