Existential Crisis

     Berdasarkan pengertian dari Wikipedia. Existential Crisis atau Krisis eksistensial adalah suatu kondisi seseorang yang tidak merasa nyaman mengenai pilihan hidup, makna hidup, serta kebebasan yang ada dalam hidup. Seseorang mempertanyakan mengenai tujuan hidup dan arti hidupnya, lalu gagal dalam menemukan jawaban tersebut. Dimana seseorang mengalami kebimbangan dan kebingungan dengan jalan atau alur hidupnya sendiri.

    Fase ini rasanya cukup berat untuk dilalui, kita yang mengalami krisis eksistensi akan selalu penasaran apa sebenarnya makna hidup ini, apa yang seharusnya dilakukan, dan apa yang sebenarnya ingin atau harus dicapai di dunia ini. Dan sering bertanya-tanya sebenarnya untuk apa saya dilahirkan di dunia ini? Saya ditakdirkan menjadi seseorang seperti apa? Misi apa yang harus saya selesaikan di hidup ini? Rasanya cukup melelahkan bila menjalani hari-hari dengan rasa penasaran dan pikiran-pikiran yang bingung. Banyak motivasi yang kadang tanpa sengaja hadir atau lewat tidak sengaja terbaca, anehnya itu tidak memberikan dampak apapun. Dan pertanyaan-pertanyaan itu masih saja ada di kepala.

    Aku merasa eksistensial krisis ini berasal dari rasa kesepian, karena tidak adanya seseorang yang bersama kita untuk melakukan interaksi secara verbal, tidak adanya interaksi secara langsung dengan keluarga dekat maupun teman. Oleh karena itu, rasa kesepian dan kesendirian semakin menjadi-jadi. Rasa sungkan untuk berbagi cerita dengan orang lain, tidak adanya percakapan dalam kurun waktu yang lama, apalagi bila kita seorang ekstrover, yang butuh energi dengan berinteraksi. Akan sangat sulit bagi kita bila tidak bisa berinteraksi dengan seseorang dalam kurun waktu yang lama. Lalu, akibatnya perasaan krisis eksistensi itu kemudian muncul, kita jadi merasa sendirian, membatasi orang untuk masuk ke dunia kita, dan mulai muncul trust issue.

    Faktor itu yang seolah menjadi anak tangga untuk menuju krisis eksistensi, yang kemudian membuatku bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu, apa orang lain juga merasakan hal yang sama denganku? Semenjak pertanyaan itu hadir, aku jadi lebih pendiam dari sebelumnya, produktivitasku menurun karena tubuhku rasanya lelah sekali, bahkan biasanya dalam sehari anggap saja aku mencatat 10-15 to do list, tapi sekarang aku hanya mampu mencentangnya 5. Rasanya aku kehilangan tenaga sebanyak 60% saat merasa krisis eksistensi ini.

    Ada kutipan artikel dari Radio UMN yang aku ambil, "Untuk sebagian orang, krisis eksistensial adalah kondisi mental yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Biasanya, krisis eksistensial ini dimulai dari suatu pengalaman yang nggak menyenangkan, yang akhirnya membuat mereka mempertanyakan tujuan dan posisi mereka dalam kehidupan." - tulisnya. Ya, aku setuju dengan pernyataan itu, rasanya cukup berat dan sulit menjalani aktivitas dalam sehari, seperti ada yang mengganggu fokus dan produktivitas. Tubuh juga rasanya tidak fit, kepala pusing dan rasanya lemas tak bertenaga.

    Krisis eksistensi ini ada, karna kemungkinan pernah terjadi pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu, kemudian kita hidup di masa penderitaan itu. Tubuh kita rasanya tidak terbiasa dengan hal-hal menyenangkan, mungkin tubuh yang terbiasa menderita ini tidak bisa membiasakan diri dengan lingkungan baru yang positif, sehingga defense mechanism dalam tubuhnya aktif dan kemudian menganggap ini tidak nyata, dan muncul keyakinan di kepala "setelah ini pasti akan ada derita lagi", "aku tidak boleh terlalu senang", "bagaimana bila semua yang kumiliki saat ini tiba-tiba hilang", "aku harus menyiapkan diri untuk menderita lagi".

    Jadi, mungkin langkah pertama yang harus ku lakukan adalah menerima perasaan ini, menerima semua emosi yang hadir dalam diriku, menerima tanpa harus menghakimi. Aku yakin, krisis eksistensi yang aku rasakan saat ini nanti akan usai juga. Aku tidak akan selamanya merasakan ini, sebentar lagi semoga aku bisa menemukan jawaban-jawaban dari eksistensi ku di dunia ini, semoga aku segera menemukan makna hidup yang sebenar-benarnya. Semoga dengan merasakan ini, aku bisa melangkah lebih jauh lagi untuk lebih mengenal diriku. Semoga aku bisa menerima diriku seapaadanya, semoga segala resah yang ku rasakan saat ini bisa menjadi memori biru untuk ku kenang suatu saat nanti.

    Karena kadang kita nggak perlu mencari jawaban atas pertanyaan yang sebenarnya nggak ada jawabannya. Pertanyaan yang nggak ada penjelasannya, dan memang ada beberapa hal yang lebih baik jika tidak dijelaskan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyukai Budaya

Pertemuan Singkat

Jeda